Sabtu, 02 Juli 2011

8 Cara Mendapatkan Rumah Hijau


GANTI penerangan rumah dengan lampu fluorescent yang lebih hemat energi.
CEK dan bersihkan AC dan alat pendingin lain secara rutin.
GUNAKAN material lokal.
KURANGI konsumsi air dan listrik di dalam rumah.
GUNAKAN material-material yang bebas racun atau bahan organik berbahaya.
PILIHLAH bahan bangunan ulang bisa didaur ulang atau bahan bangunan yang masa tumbuhnya tidak terlalu lama, seperti bambu.
TANAMI pekarangan rumah dengan tumbuhan besar, yang bisa mengurangi cahaya matahari yang masuk ke rumah.
GUNAKAN tanaman lokal karena ia lebih mampu beradaptasi terhadap kondisi tanah setempat, sehingga tak harus diberi perawatan ekstra. Dengan cara ini, Kamu mengurangi pemakaian pupuk, pestisida, dan air.

Ada dua cara untuk go-green. Cara mahal atau cara murah. Ayu memilih cara murah. Ia tak punya uang untuk memasang panel surya atau membikin kebun di atap rumah.

Memanfaatkan pintu dan kayu bekas
  • Ayu memakai kayu bekas, sebisa mungkin. Tujuannya, mengurangi penebangan pohon. Jika desainnya tidak rumit, jalan ini bisa lebih murah. Membangun tahun 2005, Ayu menghabiskan 25 juta saja untuk seluruh pintu dan jendela bangunan 300meter persegi.x
  • Ayu mengatur ventilasi agar udara dan cahaya masuk dengan baik. 
  • Ayu tidak membutuhkan AC. Juga nyaris tak butuh lampu pada siang hari. Ayu membayar listrik sekitar Rp 270.000 sebulan. Kurang dari seribu perak per meter persegi!
  • Ayu tidur pakai kelambu.
  • Minimalis dalam arti sesungguhnya, Ayu membangun 1,5 juta per meter persegi (harga normal masa itu 2,7 sampai 3 juta)  
  • Ayu mendesain rumah kebun. Memang, kalau hujan agak tampias. Tapi Ayu suka hujan. Untuk mengatasi lantai licin, Ayu tidak memasang ubin. Lantai semen menyerap air, ubin keramik tidak.
  • Ayu memasang tanaman rambat. Semboyannya: jika tak bisa menambah halaman di tanah, pindahkan halaman ke atas. Daun memasok oksigen dan menurunkan suhu.
  • Akhirnya Ayu terpaksa pasang AC di satu kamar tidur. Suara mesjid sangat keras. Kuping Ayu sih sudah kedap, tapi kali itu ada teman dari Eropa dengan bayi mau menginap untuk dua malam saja—terlalu pendek untuk adaptasi dengan suara yang membangunkan orang beriman pukul empat pagi lebih sedikit. Untuk tidur dengan jendela tertutup, memang perlu AC.
ebuah perusahaan di Amerika Serikat berhasil mengembangkan sebuah rumah       hemat energi. Konsep rumah yang dinamai Enertia Building System (enertia.com) ini dapat menjaga kondisi rumah tetap hangat di musim dingin dan tetap sejuk di musim panas. Baik siang maupun malam, udara di dalam rumah bisa tetap nyaman tanpa harus menghabiskan bahan bakar untuk penghangat atau listrik untuk penyejuk ruangan.
Idenya adalah dengan meniru cara bumi menjaga suhunya di siang dan malam hari. Yaitu dengan membuat ‘atmosfir’ buatan. Para ahli yang membuat Enertia House membuat sebuah sekat di seluruh dinding yang terbuat dari kayu. Sekat ini ‘membungkus’ seluruh rumah mulai dari loteng sampai ruang bawah tanah. Hasilnya adalah sebuah ‘amplop’ udara yang membuat ruangan-ruangan di dalam rumah tersebut ‘mengambang’ dalam sebuah aliran udara.
Di musim dingin di siang hari, seperti yang dilakukan oleh atmosfir, sekat udara ini menyerap dan menyimpan panas dari sinar matahari. Malamnya, udara panas inilah yang digunakan untuk menghangatkan rumah. Di musim panas, ruang bawah tanah memiliki jendela-jendela yang dapat dibuka. Jendela-jendela yang terbuka ini membuat udara mengalir masuk dan jendela yang terbuka di bagian atap mengalirkan udara keluar. Aliran udara yang masuk dari bawah dan keluar lewat atap ini membawa serta udara panas yang tertangkap oleh dinding sekat selama matahari bersinar di siang hari.
Salah satunya solusi untuk mengurangi dampak pemanasan global, adalah dengan menerapkan disain rumah tropis hemat energi. Faktanya, rumah yang boros energi, sekitar 80% berasal dari kesalahan desain arsitektur.
KONSEP RUMAH HEMAT ENERGI
Saat ini sepertinya konsep rumah tersebut memang lebih cocok untuk diterapkan di negara empat musim. Untuk di Indonesia yang beriklim tropis tentu diperlukan adaptasi. Misalnya untuk dindingnya, bahan batu mungkin lebih cocok karena di sini matahari bersinar sepanjang tahun. Jadi cenderung lebih banyak panas. Yang jelas rumah di iklim tropis juga bisa didesain agar hemat energi. Antara lain dengan memperhatikan penataan ruang dan ventilasi. Referensinya pun kini juga sudah banyak tersedia. Jadi kita pun sebenarnya juga bisa memiliki rumah hemat energi dengan mudah.
Dengan mengembangkan konsep ‘Rumah Hijau’ kita bisa mengurangi pemborosan energi, kita bisa menghambat pemanasan dunia. ‘Konsep Rumah Hijau’ mampu menekan penggunaan listrik secara signifikan dengan kenyamanan yang jauh lebih baik. Penataan kawasan pun manjadi rapi, indah dan asri.
Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam konsep rumah hijau.
1. Skala ruangan
2. Jumlah ruangan yang berlebihan
3. Semakin banyak pepohonan dan aliran udara jendela yang benar
4. Memakai konsep penyinaran hijau
Bagi Indonesia, dengan iklim tropis, perlu diterapkan pendekatan enam strategi rumah hijau, yaitu mencakup pelapis bangunan, penerangan, pemanasan, pendinginan, konsumsi energi, dan pengelolaan limbah.
Rumah dengan sistem pencahayaan hijau dapat mengurangi konsumsi energi. Karena semakin banyak pepohonan tumbuh di sekitar rumah, semakin berkurang intensitas panas. Selain kenyamanan dari sisi thermal, tersedia juga kenyamanan dari sisi visual.
Energi matahari yang melimpah dimanfaatkan untuk menciptakan kemandirian energi di rumah. Salah satunya, dengan aspek desain yang menempatkan solar panel di sisi rumah yang menghadap barat yang mendapatkan terpaan sinar matahari paling tinggi dan lama. Selain memanfaatkan energi, hal ini dapat mengurangi panas yang merambat di dinding rumah, dan mengurangi penggunaan pendingin ruangan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons